Sekolahtrading.id - Dalam dunia trading, topik soal posisi floating sering menimbulkan pro dan kontra. Banyak trader bertanya, “Kalau posisi floating terlalu lama, bukankah itu artinya waktu yang bisa dipakai untuk bisnis lain jadi terbuang percuma?” Belum lagi jika strategi yang digunakan mengutamakan risiko kecil—banyak yang berpikir, hasilnya pun pasti ikut kecil. Lalu muncul pertanyaan lanjutan, “Kalau begitu, kenapa tidak invest di saham atau aset lain saja yang kenaikannya lebih pasti dan tidak terlalu melelahkan?”
Pertanyaan-pertanyaan ini sah-sah saja. Bahkan, justru sangat logis dan menunjukkan kamu cukup kritis dalam menyikapi strategi trading. Tapi sebelum memutuskan strategi mana yang terbaik, ada satu hal penting yang perlu kamu pahami: cara berbisnis setiap orang itu berbeda-beda.
Sama-Sama Dagang, Tapi Gaya Beda
Analoginya begini: kita sama-sama jualan sembako. Tapi caranya bisa beda jauh. Ada yang buka toko 24 jam, ada yang buka hanya jam kerja. Ada yang jualan eceran, ada juga yang grosir. Ada yang mengandalkan delivery, ada juga yang hanya buka lapak di pasar. Pola dan pendekatannya sangat beragam—walaupun produk yang dijual sama.
Begitu pula dalam trading. Ada yang nyaman dengan scalping, ada yang swing, bahkan ada juga yang full averaging atau martingale. Selama trader tersebut tahu apa yang dia lakukan, mampu mengelola risikonya, dan nyaman dengan sistemnya, maka tidak ada yang salah dengan itu.
Floating Lama = Rugi Waktu?
Memang, floating terlalu lama bisa membuat dana "terkunci". Tapi bagi sebagian trader, floating lama itu adalah bagian dari strategi jangka panjang. Selama manajemen risiko dijaga ketat, seperti contoh strategi averaging dengan 200 posisi namun total risikonya masih di bawah 1%, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Floating lama bisa diterima, asal tidak mengganggu modal dan psikologi.
Kalau Risikonya Kecil, Hasilnya Kecil?
Ini benar—tapi tidak sepenuhnya buruk. Justru menjaga risiko kecil itu adalah tanda disiplin dan kesadaran penuh terhadap pentingnya money management. Dalam trading, hasil kecil yang konsisten jauh lebih berharga daripada hasil besar yang hanya sesekali dan berisiko menguras akun.
Lagipula, tidak semua tujuan dari berbisnis adalah mengejar hasil besar dalam waktu singkat. Ada juga yang ingin bertumbuh perlahan, tapi pasti dan berkelanjutan.
Jadi, Lebih Baik Invest di Saham?
Jawabannya adalah preferensi. Tidak ada yang lebih baik secara mutlak. Solusi ideal? Diversifikasi. Saham untuk jangka panjang, trading forex untuk jangka pendek. Dua-duanya bisa saling melengkapi dan membantu portofolio kamu bertumbuh dari dua sisi: stabilitas dan fleksibilitas.
https://www.youtube.com/embed/9YYA1GRD44g?si=ylzxSozz_ACctILR
Buat kalian yang ingin belajar trading forex dan update market forex harian, subscribe channel Youtube Rizki Aditama agar kalian tidak ketinggalan Live Trading setiap Senin - Jumat jam 14.00 dan 19.00 WIB!